Tuesday 30 December 2014

PULANG

Ilustrasi oleh Hasyim Azhari
"Yang pergi sebelas tahun silam bukan kamu. Lebih dari itu aku pun lenyap. Meski kita tidak pernah sepakat lenyap adalah ketika teman sepertimu tidak bisa lebih lama berteman dengan hidup. Dengan usiamu yang lebih tua, kamu juga menjadi saudara. Aku lebih muda, bodoh, dan teramat membutuhkanmu. Tanpa pernah tahu di ujung waktu, kamu sedang sibuk menahan ronta.


Siapa juga yang bisa tahu jika senyum dan ceriamu tidak pernah terlihat pucat? Kamu yang tampak adalah kamu yang akan bertahan keras menginjaki sakit. Kamu yang tampak adalah kamu yang tidak pernah kehabisan cara menebar semangat lewat senyum yang putih. Meski dalam darahmu, putih sedang menyiksa. Kamu merasa, dan aku yang tidak pernah tahu yang sedang kamu rasa hanya bisa menyangka kamu bahagia. Kamu tetap terlihat riang dengan seragam merah putihmu di setiap siang.

Hari itu, yang aku tahu kamu tetap tersenyum. Hari itu, yang aku tahu kamu masih menebar pedulimu pada sekitarmu. Hari itu, yang aku tahu kamu bergegas pulang lebih cepat dari biasanya. Tak ada lebih dari yang aku tahu. Seperti akhirnya aku tidak pernah tahu, pulangmu yang lebih cepat hari itu memanglah terlalu cepat.

Kamu pulang, aku menjadi hilang.."

Aku menutup catatanku di usiaku yang sekarang. Catatan yang terlampau silam untuk dikenang. Teman sepertimu terlalu cepat pulang. Senyum seperti milikmu terlalu dini meremang. Dulu sontak ada tangis anak kecil dari sosok yang ditinggal hilang. Kini tidak, dewasa telah melahirkan malu untuk menangis meski dunia yang memberat tak menghalangi juga untuk mengenang. Tapi sketsa hari itu, sebelas tahun lalu, saat kamu pulang lebih cepat dari sekolah, selalu menjadi alasan bagi dewasa untuk tidak pernah bisa mengeringkan mata yang detik ini menggenang.

Novita Sari
(1990-2002)


*tulisan oleh Rizaldy Yusuf pada Proyek MukaCerita 9 April 2013


No comments:

Post a Comment